Jadilah Pejuang Impian, Jika Kamu Cukup Berani Memulai, Kamu Cukup Kuat Untuk Menyelesaikannya.
Dulu, bermimpi menuntut ilmu di negeri orang, atau bahkan sekadar duduk di bangku universitas, terasa seperti menggenggam langit—terlalu jauh, terlalu mustahil bagi anak seorang buruh bangunan seperti saya. Namun, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah membuktikan bahwa tak ada batas bagi keajaiban-Nya. Dengan berkah beasiswa, mimpi yang dahulu hanya sebatas bayangan kini menjelma nyata di hadapan.
Bidikmisi adalah cahaya pertama yang menyinari perjalanan akademik saya. Dengannya, saya melangkah di lorong-lorong ilmu, menyusun kisah di Universitas Muhammadiyah Bulukumba, hingga akhirnya menggenggam gelar sarjana di tahun 2023. Itu bukan sekadar pencapaian, melainkan bukti bahwa tekad dan doa tak pernah sia-sia.
Sungguh, ini bukan sekadar capaian, melainkan mimpi yang menjelma takdir. Hingga kini, saya masih bertanya-tanya, benarkah ini nyata?
Untuk mereka yang telah menjadi lentera di jalan saya—keluarga, sahabat, guru, dan semua jiwa baik yang tak henti mengulurkan doa serta dukungan—terima kasih tak akan pernah cukup. Kalian adalah bagian dari setiap langkah saya, hembusan semangat di setiap perjuangan.
Kepada pihak beasiswa Bidikmisi, penjaga asa bagi banyak anak bangsa, saya haturkan rasa syukur yang tak terhingga. Tanpa uluran tanganmu, mungkin perjalanan ini tak akan semudah ini. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan, kalian adalah pelipur dalam lelah, pengingat dalam lupa, cahaya dalam gulita.
Dan untuk mereka yang mengelola beasiswa di Universitas Muhammadiyah Bulukumba, terima kasih telah mempercayakan saya hingga akhirnya takdir membawa saya pada penerima beasiswa Bidikmisi. Amanah ini adalah tanggung jawab, dan saya akan menjaganya dengan sebaik-baiknya.
Untuk jiwa-jiwa yang tengah berjuang, jangan pernah berhenti bermimpi. Dunia kini terbuka luas, peluang tak lagi terikat ruang. Yang kau butuhkan hanyalah keberanian untuk melangkah, kecerdasan untuk membaca peluang, dan keteguhan untuk terus bertahan. Percayalah, langit bukanlah batas—hanya awal dari perjalanan yang lebih megah.