Nyanyian Sunyi Sebuah Huruf

Laksana bayang semu yang dirapal dari bening khayal, ia menjelma—pelan, tak tergesa. Dilahirkan dari rahim senyap, dari pertemuan rahasia antara tinta dan sunyi, antara kata yang belum diucap dan makna yang tak sempat singgah. Ia bukan sosok, bukan suara, bukan apa pun yang dapat diraba oleh logika. Namun kehadirannya nyata, menelisik batas sadar, menyusup ke ruang-ruang batin yang lama tak diketuk.

Ia hanya aksara—tapi bukan sembarang aksara. Ia adalah gugusan huruf yang menyala lirih, seperti bagaskara yang perlahan menggeliat dari timur langit, menguak gelap dengan sinar yang tak membakar, hanya menyentuh. Hangat. Hening. Hampir tak terasa, tapi menggugah. Ia merambat dalam senyap, menelusuri celah-celah luka, mengisi rongga kosong yang tak bernama. Ia menari tanpa irama, tetapi tiap geraknya adalah syair.

Tak bersuara, tapi berkata. Tak bernyawa, tapi hidup. Ia hadir dalam diam yang tak terlukiskan, dalam keheningan yang justru penuh gema. Ia tak memaksa untuk dimengerti, namun ia paham betul cara mencipta haru—dengan kelembutan yang tak bisa didefinisi, dengan cahaya yang hanya bisa dirasa oleh jiwa yang pernah remuk.

Maka meski ia hanya seuntai aksara, ia hidup. Dalam diam yang agung, dalam terang yang tak kasat mata, ia bersinar—abadi.

Postingan Populer